BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang disebutkan dalam Weston dan Brigham (1990) kebijakan mengenai struktur modal melibatkan pertimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi juga berdampak memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tingginya resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham perusahaan. Oleh sebab itu untuk menentukan struktur modal suatu perusahaan harus mempertimbangkan berbagai variable yang mempengaruhinya. Perlu diingat bahwa baik buruknya struktur modal berdampak langsung pada kondisi keuangan ( posisi financial).
Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Dengan kata lain struktur modal merupakan gambaran kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah ini mempunyai kaitan erat dengan kapitalisasi. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan internal berasal dari laba ditahan. Dana yang bersumber dari luar perusahaan (eksternal) berasal dari kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston struktur modal yang optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Dalam hal ini perusahaan menganalisis sejumlah factor, kemudian menetapkan suatu struktur modal sasaran (target capital structure). Sasaran ini dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan kondisi. Jika pada kenyataannya rasio utang ternyata berada dibawah tingkat sasaran, ekspansi modalnya akan dilakukan dengan menerbitkan utang, sedangkan jika rasio utang berada diatas tingkat sasaran, biasanya ekuitas yang akan diterbitkan oleh manajemen keuangan perusahaan.
Menurut saya, struktur modal merupakan perbandingan utang dan ekuitas perusahaan yang memerlukan sebuah analisis untuk menentukan suatu struktur modal sasaran yang akan berdampak pada posisi financial perusahaan.
Teori Struktur Modal
Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004) ,yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi (2004) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham atau dengan kata lain agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para shareholders.
Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Pecking Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manejer korporat, bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) :
Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham mereka adalah undervalued.
Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga discount.
Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan investasi yang baik, karena saham tidak dapat dijual pada “fair Price”.
Menurut Myers (1996) dalam Saidi (2004) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber dana dengan mengacu packing order theory adalah internal fund (dana internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003).
4. Trade Off Theory
Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999 dalam Kaaro, 2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996) dalam Adler Haymans Manurung (2004), semakin besar utang yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off ( Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004).
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham perusahaann akan dimaksimumkan jika menggunakan utang 100 persen. Dalam kenyatannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen karena perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2001).
Menurut pendapat saya Berdasarkan teori struktur modal diatas, dalam menentukan struktur modal yang optimal sebuah perusahaan ada 2 teori yang terpenting untuk dijadikan dasar penyusunan struktur modal yang optimal yaitu:
Trade-off theory: saya sangat menyetujui teori ini yang membantah model Modigliani dan miller atau dikenal dengan MM. MM mengungkapkan bahwa perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Trade-off theory menentang hal itu sebab ada hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Perusahaan tidak mungkin membiayai seluruh aktivitasnya dengan hutang. Dalam teori ini terdapat track-off antara tax benefit/shield (manfaat penghematan pajak atas penggunaan hutang) dan cost financial distress (biaya yang ditimbulkan karena adanya kenaikan resiko kebangrutan akibat besarnya hutang). Jadi, suatu perusahaan itu mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan.
Pecking order theory
perusahaan diberi pilihan jika membutuhkan tambahan dana, yaitu menggunakan internal financing (berasal dari laba ditahan dan depresiasi) dan-atau menggunakan external financing (dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan) dengan tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham
PENENTUAN STRUKTUR MODAL BERDASARKAN TEORI
Berdasarkan keempat teori diatas, menurut saya struktur modal yang optimal harus mengutamakan kepentingan pemegang saham. Oleh sebab itu pertama kalinya perusahaan sebaiknya mendanai usahanya dengan internal financing yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi pada aktiva tetapnya. Dengan memanfaatkan laba ditahan yang perusahaan peroleh dari hasil penjualan produk atau kegiatan-kegiatan perusahaan yang menambah income perusahaan setelah pajak. Laba ditahan memiliki sedikit resiko sebab pendanaan dilakukan tanpa meminjam pada pihak ketiga yaitu kreditur. Dapat digunakan untuk reinvestasi aktiva-aktiva perusahaan. Sebab untuk memaksimalkan perusahaan, perusahaan dituntut efektif dan efisien atas kinerja dan biaya yang nantinya perusahaan dalam beberapa jangka waktu kedepan akan melakukan ekspansi, dimana posisi perusahaan berada di titik paling puncak.
Laba ditahan merupakan alternatif pertama yang digunakan untuk memodali kegiatan perusahaan. Alternatif pertama ini cenderung tidak mencukupi kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengembangkan usahanya, maka tidak terhindarkan lagi bahwa perusahaan memerlukan external financing untuk mencukupi kebutuhan dananya.
External financing yaitu pendanaan dari luar dapat berupa hutang, serta menerbitkan saham. Perusahaan dapat memperoleh sumberdana dari para investor atas saham yang dijual perusahaan kepada publik. Perusahaan dapat menerbitkan sejumlah saham biasa untuk mencukupi kebutuhan modalnya. Namun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena semakin banyak saham yang beredar akan menurunkan nilai perusahaan. Turunnya nilai perusahaan berarti turun juga harga sahamnya. Seperti teori pensinyalan (Bigham dan Houston 2001) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan melalui penawaran saham baru terhadap investor baru sebab investor beranggapan jika perusahaan menerbitkan saham baru berarti suatu sinyal bagi investor bahwa perusahaan itu memiliki prospek yang tidak menguntungkan.
Jika penerbitan saham menyebabkan sinyal negatif pada investor mengenai pandangannya terhadap perusahaan, teori pensinyalan (Brigham dan Houston 2001) perusahaan dengan prospek yang sangat menguntungkan akan mencoba untuk menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal.
Disini perusahaan memanfaatkan hutang dalam bentuk menerbitkan obligasi, mengambil pinjaman di Bank atau lembaga lainnya. Dalam mengambil kebijakan hutang, manajer keuangan harus mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang terhadap struktur modalnya. Dalam trade-off theory, terdapat tax benefit/shield atau manfaat penghematan pajak sebagai akibat penggunaan hutang. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan.Tetapi jangan lupa untuk menghitung cost financial distress (biaya yang ditimbulkan karena adanya kenaikan resiko kebangrutan akibat besarnya hutang). Harga saham perusahaan akan mencapai titik maksimal ketika seluruh pendanaannya menggunakan hutang, tetapi tidak ada perusahaan yang menggunakan seratus persen hutang sebab perusahaan memperhitungkan biaya kebangkrutan dan menekan biaya-biaya kebangkrutan tersebut.
Brigham dan houston menambahkan bahwa ada tambahan reksiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Untuk menjelaskan hal ini misalnya ada 10 orang yang akan membentuk sebuah perseroan yang akan memproduksi computer, asumsikan perusahaan akan dikapitalisasi dengan 50 persen utang dan 50 persenm ekuitas, dengan lima orang investor menempatkan modal mereka sebagai utang dan lima lainnya menempatkan uang mereka sebagai ekuitas. Dalam hal ini, lima orang investor akan menanggung seluruh resiko bisnis perusahaan, sehingga saham biasa akan dua kali lebih beresiko daripada perusahaan hanya didanai dengan ekuitas. Jadi penggunaan hutang mengkosentrasikan resiko bisnis perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Oleh sebab itu menurut saya perusahaan sangat perlu untuk memperhitungkan manfaat dan biaya penggunaan hutang mengingat perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham jadi perusahaan harus lebih selektif dalam memilih lembaga pembiayaan, suku bunga, jenis hutang. Serta kemampuan manajer keuangan untuk meramalkan penjualan, laba setelah pajak yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya mengingat para pemegang saham menanggung resiko yang besar akibat penggunaan hutang bila terjadi kebangkrutan.
KESIMPULAN
struktur modal yang optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Tujuan utama terbentuknya perusahaan adalah mencari keuntungan serta kesinambungan usaha. Untuk mencapai keuntungan yang diharapkan, perusahaan memerlukan dana untuk keperluan operasi dan investasi. Berbagai pertimbangan perlu diperhatikan dalam memenuhi dana tersebut antara lain biaya modal, resiko yang mungkin dihadapi apabila dana tersebut ditarik dari hutang jangka panjang atau menerbitkan saham biasa. Didalam mendanai perusahaan, lebih baik menggunakan internal financial terlebih dahulu serta external financial sebagai alternative pembiayaan jika internal financial tidak mencukupi pendanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham & Houston.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 2/Edisi 10
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz,JR, Fundamentals of Financial Management, Buku 1 Edisi 12, Terjemahan, Salemba Empat, Jakarta, 2005
http://fe.elcom.umy.ac.id/file.php/52/Diktat_Kuliah_Manajemen_Keuangan_II/ BAB_12_Teori_Struktur_Modal.pdf.
http://agusw77.files.wordpress.com/2007/12/analisis-struktur-modal.doc.